
Di antara gemuruh sorak penonton dan hiruk-pikuk persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Kalimantan Timur ke-VIII, Kabupaten Paser memilih berbicara dengan cara yang berbeda: lewat sebuah simbol. Namanya Si Taka. Ia bukan sekadar maskot dengan warna cerah dan senyum ramah, melainkan representasi sejarah, filosofi hidup, dan harapan besar masyarakat Bumi Daya Taka.
Dari Hutan Paser ke Panggung Olahraga
Si Taka mengambil wujud burung tiong, satwa khas Kalimantan yang sejak lama dikenal dalam kehidupan masyarakat Paser. Burung ini dikenal cerdas, lincah, dan mampu menirukan suara simbol kecerdasan, ketahanan, dan kemampuan beradaptasi. Dalam narasi lokal, burung tiong kerap dimaknai sebagai pembawa pesan dan penanda kehidupan yang dinamis.
Pemilihan burung tiong bukan keputusan estetika semata. Ia lahir dari proses penggalian identitas lokal Paser yang kuat dengan relasi antara manusia dan alam. Di tengah modernisasi, Si Taka menjadi pengingat bahwa kekuatan daerah ini bertumpu pada harmoni tradisi, lingkungan, dan semangat bertahan.
Kepala Bidang Kepariwisataan Disporapar Kabupaten Paser, Khairuddin, menegaskan bahwa maskot Porprov dirancang sebagai media cerita daerah.
“Si Taka kami hadirkan bukan hanya untuk kebutuhan event, tetapi untuk membawa cerita tentang Pasertentang alam, budaya, dan karakter masyarakatnya ke panggung Kalimantan Timur,” ujarnya.
Filosofi Taka: Daya Juang dan Ketangguhan
Nama Taka merujuk pada spirit Bumi Daya Taka, identitas Kabupaten Paser yang bermakna kekuatan dan ketangguhan. Kata ‘daya’ mencerminkan energi dan potensi, sementara “taka” dimaknai sebagai daya juang yang terus menyala. Filosofi ini kemudian diterjemahkan ke dalam karakter Si Taka yang gesit, optimistis, dan pantang menyerah.
Nilai tersebut sejalan dengan semboyan daerah ‘Olo Manin Aso Buen Siolondo’, yang bermakna hari esok harus lebih baik dari hari ini. Dalam konteks olahraga, filosofi ini menjadi semangat untuk terus meningkatkan prestasi dan melampaui capaian sebelumnya.
“Maskot ini membawa pesan bahwa atlet Kaltim, khususnya Paser sebagai tuan rumah, harus berani bermimpi besar dan bekerja keras untuk mencapainya,” kata Khairuddin.
Jejak Sejarah dan Identitas Lokal
Kabupaten Paser memiliki sejarah panjang sebagai wilayah persilangan budaya di Kalimantan Timur. Identitas itu tercermin dalam desain Si Taka yang memadukan unsur lokal dan modern. Warna, atribut, serta ekspresi maskot dirancang agar mudah diterima generasi muda, namun tetap berakar pada nilai historis dan kearifan lokal.
Dalam konteks Porprov, Si Taka menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan menghadirkan cerita daerah tuan rumah sekaligus menyapa ribuan atlet dan ofisial dari seluruh kabupaten/kota dengan pesan persatuan dan sportivitas.
Mengapa Si Taka Jadi Maskot Porprov Kaltim?
Porprov bukan hanya ajang perebutan medali, tetapi juga panggung identitas daerah. Sebagai tuan rumah Porprov Kaltim ke-VIII, Paser membutuhkan simbol yang mampu merepresentasikan semangat kompetisi sekaligus karakter daerah. Si Taka menjawab kebutuhan itu. Burung tiong yang lincah dan cerdas merepresentasikan karakter atlet: cepat, adaptif, dan bermental juara. Sementara filosofi Bumi Daya Taka menegaskan kesiapan Paser menyambut Porprov dengan kekuatan kolektif dari pemerintah hingga masyarakat.
“Kami ingin Si Taka menjadi ikon bersama. Saat orang melihat maskot ini, mereka langsung teringat Porprov Kaltim di Paser dan semangat kebersamaan yang kami bangun,” ujar Khairuddin.
Lebih dari Sekadar Maskot
Ke depan, Si Taka akan hadir di berbagai ruang publik arena pertandingan, kostum kontingen, materi promosi, hingga event pariwisata. Ia tidak hanya berfungsi sebagai pemanis visual, tetapi sebagai identitas yang menyatukan olahraga, budaya, dan promosi daerah.
Pada akhirnya, Si Taka adalah cerita tentang Paser itu sendiri: tentang alam yang kuat, sejarah yang panjang, dan masyarakat yang percaya bahwa setiap langkah hari ini adalah pijakan untuk prestasi yang lebih besar esok har sejalan dengan semangat Porprov Kaltim ke-VIII.
